Generasi Milenial dalam Industri 4.0: Berkah Bagi Sumber Daya Manusia Indonesia atau Ancaman?
Gelombang orang muda berusia 18 – 37 tahun mulai menduduki posisi-posisi penting di dunia kerja. Beberapa dari pemimpin mereka yang berasal dari generasi sebelumnya mulai mengeluhkan sikap-sikap generasi milenial ini saat harus bekerjasama dengan mereka. Mereka dinilai tidak sama dengan generasi
sebelumnya dalam kacamata yang negatif. Bagaimana menjembataninya?
The World Economic Forum tahun 2015 memprediksi Indonesia akan menempati urutan ke-8 ekonomi dunia di tahun 2020. Pernyataan ini didukung oleh Standard Chartered Bank yang memprediksi hal yang sama, sementara Goldman Sachs memprediksi Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomor tujuh dunia setelah China, Amerika Serikat, India, Brazil, Meksiko, dan Rusia. Prediksi ini tidak main-main. Salah satu pendukung kekuatan ekonomi adalah geliat e-commerce yang diyakini menjadi kekuatan ekonomi masa depan. Pada tahun 2015 pengguna internet di Indonesia telah mencapai 47,9% dari populasi atau sebanyak 93,4 juta orang dan diprediksi mengalami peningkatan hingga 140 juta pengguna di tahun 2020. Sedangkan berdasarkan data 2017 dari katadata.coid diperkirakan pengguna ponsel telah mencapai 142% dari total populasi sebanyak 262 juta orang, dengan asumsi satu orang menggunakan dua hingga tiga kartu telpon seluler. Tak bisa dipungkiri, kekuatan ekonomi yang diprediksi semakin kokoh dimotori oleh orang muda, mulai dari soal menggunakan internet hingga bisnis yang mulai dimasuki bahkan dipimpin oleh orang muda. Mayoritas pengguna internet adalah generasi milenial yang lahir ketika teknologi internet sudah mulai dikenal. Sebuah survei yang dilakukan IDN Research Institute bekerjasama dengan Alvara Research Center di 12 kota besar di Indonesia berjudul Indonesia Millenial Report 2019 menunjukkan bahwa generasi milenial Indonesia telah terkoneksi dengan internet sebanyak 94,4%, bahkan sebagian besar diantaranya telah mengalami kecanduan bahkan ketergantungan terhadap internet. Bagaimana dengan dunia kerja?
Dunia bisnis sudah mulai dikuasai oleh orang-orang muda generasi milenial. Bagaimana karakteristik mereka mempengaruhi dunia kerja saat ini?
Bagaimana pula perusahaan perlu melihat dan mempersiapkan mereka membangun masa depan ekonomi Indonesia? Generasi Milenial, Tech Savvy yang Kurang Sabar? Jumlah para milenial atau angkatan yang lahir antara tahun 1981-2000 menurut Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2017 berjumlah 88 juta jiwa atau 33,75 persen dari jumlah penduduk Indonesia, seperti dikutip dalam buku Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial terbitan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan Badan Pusat Statistik 2018. Jumlah ini diperkirakan akan terus naik.
Dibandingkan dengan jumlah generasi lain, saat ini prosentase milenial di Indonesia merupakan jumlah terbesar (33,75%), diikuti dengan jumlah generasi Z (29,23%), generasi X (25,74%), dan yang paling sedikit adalah generasi baby boomers dan veteran (11,27%), seperti terlihat dalam grafik di atas. Jumlah kaum milenial yang semakin menguasai demografi ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi bangsa Indonesia baik di masa sekarang maupun di masa depan. Kunci dalam penanganan kaum milenial terletak pada kata-kata kunci, bahwa mereka akan menentukan masa depan Indonesia. Untuk itu, semua pihak, baik pemerintah, maupun juga para pemimpin bisnis harus mulai mempersiapkan diri menghadapi kalangan milenial sebagai tenaga kerja mereka. PT. Astra Internasional, Tbk, sebuah perusahaan multinasional yang banyak bergerak di bidang otomotif,
seperti disebut dalam Indonesian Millenial Report 2019 mengungkapkan bahwa saat ini pegawai Milenial mereka sebesar 70 persen dari 250 ribu karyawannya, fakta ini mendorong mereka untuk mengubah cara berbisnis: menyesuaikan dengan milenial.
Generasi milenial memiliki keunikan dibandingkan generasi sebelumnya, misalnya soal kepiawaian dalam teknologi. Jika Generasi X (lahir 1961-1980) adalah generasi yang sangat menikmati televisi dan gempita media, maka generasi milenial ini lebih tertarik dengan digital marketing dan juga tayangan termasuk iklan yang berbasis video atau internet. Hal ini senada dengan pandangan yang disampaikan Dicky Kartikoyono, Direktur Sumber Daya Manusia Bank Indonesia yang mengatakan bahwa generasi Milenial umumnya tech savvy. “Secara umum mereka adalah generasi yang tidak mengalami kondisi sulit, namun mereka peka dengan perubahan teknologi atau gadget,” kata Dicky. Hal ini membuatnya berbeda dengan Generasi X dan Baby Boomers yang melewati jaman perang. Generasi Milenial sangat terpapar dengan teknologi, bahkan juga mengalami berbagai revolusi dalam teknologi, mulai dengan adanya komputer, informasi, dan kemudian internet. “(Kondisi) Ini semua membentuk mereka dengan hidup yang serba mudah, untuk memahaminya kita perlu melihat bahwa mereka terbentuk dalam kondisi seperti itu. Mereka tidak pernah terlalu berpikir panjang, cara
mereka menghadapi masalah juga berbeda dengan tuntutan orangtua, proses pendidikannya juga berbeda” kata Dicky memberi komentar tentang generasi Milenial.